Senin, 13 Maret 2017

Stoikiometri Dalam Larutan



Stoikiometri Dalam Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari zat terlarut dan zat pelarut.
Zat terlarut mempunyai jumlah lebih sedikit dari zat pelarut.
Banyak zat yang terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dalam konsentrasi.
Konsentasi yang umum digunakan dalam kimia, yaitu kemolaran atau molaritas.
1. Kemolaran (Molaritas = M)
Kemolaran atau molaritas menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam satu liter (v larutan). Larutan 1 molar berarti dalam satu liter larutan, terlarut 1 mol zat.
M            =  n : v   satuan untuk kemolaran  mol/liter
M            =  n  x  1000 : mL    atau   M           =  gram : Mr  x  1000 : mL
Keterangan :
M= kemolaran (molaritas)
n= mol zat terlarut
V= volume dalam liter
g= massa zat terlarut dalam gram
Mr= massa molekul relatif zat terlarut
Contoh soal
- Berapa kemolaran o,1 mol H2SO4 dalam 500 mL larutan?
Jawab :
n : v        = 0,1 mol
v              = 0:,5 L
M            = n : v  =  0,1 mol : 0,5 L = 0,2 mol/L
- Berapa molaritas larutan yang terjadi jika 4 gram NaOH dilarutkan ke dalam air sampai volumenya
menjadi 500 mL?
Jawab :
Massa zat terlarut (NaOH) = 4 gram
Mr NaOH                           = 23 +16+1 = 40
Volume                               = 500 mL
M                                        = n  x  1000 : mL
                                            = 4 : 40  x  1000 : 500        = 0,2 M
Berapa jumlah mol HCl yang terdapat dalam 100 mL larutan HCl 0,2 M?
Jawab :
M                            = n  : v
n                             = M . V
                               = 0,2 M x 0,1 L
                               = 0,02 mol
Berapa gram H2SO4 yang terlarut dalam 200 mL larutan H2SO4 0,1 M?
Jawab :
Mr H2SO4 = 98
Konsentrasi larutan H2SO4 = 0,1 M
Volume                                = 200 mL
                                         = M . V
                                            = 0,1 x o,2  =0,02 mol
                                         = gram : Mr
0,02                                     = gram : 98
gram                                    = 98 x 0,02 = 1,96 gram
2. Pereaksi Pembatas
Pada umumnya reaksi berlangsung dalam bentuk larutan.
Jika pada suatu reaksi perbandingan mol-mol zat yang direaksikan sesuai perbandingan koefisien maka reaksi akan selesai jika seluruh pereaksi telah habis beraksi.
Jika jumlah mol salah satu pereaksi berlebihan dibandingkan dengan pereaksi lainnya maka reaksi akan selesai jika salah satu pereaksi telah habis bereaksi.
Pereaksi yang dalam suatu proses kimia habis terlebih dahulu disebut sebagai pereaksi pembatas. Dalam reaksi itu jumlah hasil reaksi yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pereaksi yang habis terlebih dahulu.
Contoh Soal
- Diketahui 25 mL HCl 1 M direaksikan dengan 25 mL NaOH 2 M, menghasilkan NaCl dan air. Pada reaksi tersebut mana yang bertindak sebagai pereaksi pembatas dan berapa mol zat yang bersisa?
HCl(aq)  +  NaOH(aq)  à  NaCl (aq)  +  H2O(l)

HCl(aq)
NaOH(aq) 
NaCl (aq)
H2O(l)
Mula-mula
25 mL x 1 M= 25 mmol =0,025 mol
25 mL x 2 M= 50 mmol= 0,05 mol


Bereaksi
0,025 mol
0,025 mol
0,025 mol
0,025 mol
Sisa
Mula2 – Bereaksi= 0,025 – 0,025 = 0
0,5 – 0,025
= 0,025 mol
0,025 mol
0,025 mol

- Direaksikan 25 mL NaCL 2 M dengan 25 mL H2SO4 2 M. Tentukan :
a. Zat pereaksi pembatas.
b. Berapa gram zat yang tersisa.
c. Berapa gram garam yang terbentuk.
2NaCl(aq)  + H2SO4(aq)  à  Na2SO4 (aq)  +  2HCl(l)

2NaCl(aq)
H2SO4(aq) 
Na2SO4 (aq)
2HCl(l)
Mula-mula
25 mL x 2 M= 50 mmol
=0,05 mol
25 mL x 2 M= 50 mmol= 0,05 mol


Bereaksi
0,05 mol
Zat pereaksi pembatas
½ x 0,05 mol= 0,025 mol
½ x 0,05 mol= 0,025 mol
2/2 x 0,05 mol
= 0,05 mol
Sisa
0,05 – 0,05 = 0
0,05 – 0,025
= 0,025 mol
0,025 mol
0,05 mol


Massa zat sisa =
0,025 x Mr= 0,025 x98 = 2,45 gram
Garam yg terbentuk = 0,025 x Mr = 0,025 x142
= 3,55 gram


Perhitungan Kimia pada Persamaan Reaksi



Perhitungan Kimia pada Persamaan Reaksi
Koefisien reaksi mempunyai hubungan kumulatif zat-zat dalam reaksi, di mana koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol zat-zat dalam reaksi. Jika salah satu zat dengan jumlah mol tertentu diketahui, maka jumlah mol zat-zat lain dalam reaksi ditentukan berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
Hukum Gay Lussac, hukum Avogadro, dan konsep mol sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu perhitungan.
1. Penerapan Hukum Gay Lussac dan Hukum Avogadro
Gay Lussac mengalami kesulitan dalam mengaitkan perbandingan antara volume gas yang bereaksi dengan perbandingan jumlah partikelnya sehingga Avogadro berdasarkan eksperimennya menjelaskan kesulitan ini. Avogadro mengemukakan bahwa hidrogen, oksigen, dan nitrogen adalah molekul diatomic sehingga rumus kimianya H2, O2, dan N2. Adapun untuk membentuk satu molekul air, diperlukan 1 molekul hidrogen dan ½ molekul oksigen sesuai reaksi berikut ini.
H2 + ½ O2 à H2O
Sehingga dari hasil percobaan ini Avogadro mengemukakan hipotesisnya yang berisi “pada suhu dan tekanan sama, gas yang mempunyai volume sama akan mempunyai jumlah molekul yang sama banyaknya”.
Contohnya. 1 volume gas N2 + 3 volume gas H2 à 2 volume NH3
1n molekul N2 + 3n molekul H2 à 2n molekul NH3
Reaksi yang terjadi N2 + 3H2 à 2NH3
Dari contoh dapat disimpulkan bahwa “pada suhu dan tekanan sama, perbandingan volume setara dengan perbandingan koefisien. Sehingga dalam perhitungan kimia, kesimpulan ini digunakan pada suatu reaksi yang diketahui volume gas atau jumlah partikelnya.” Rumus yang dipakai sebagai berikut ini.
Volume yang dicari= koefisien yang dicari x volume yang diketahui : koefisien yang diketahui
Jumlah molekul yang dicari= koefisien yang dicari x jumlah molekul yang diketahui : koefisien yang diketahui
2. Reaksi Pembatas
Apabila direaksikan suatu zat yang jumlahnya sembarang, kemungkinan salah satu pereaksi akan habis terlebih dahulu, sedangkan pereaksi yang lain tersisa.
Contohnya. 2H2(g) + O2(g) à 2H2O(g)
Pada persamaan reaksi diatas, sebanyak 2 mol gas H2 diperlukan untuk bereaksi dengan 1 mol O2. Pada akhir reaksi yaitu setelah gas O2 habis dan reaksi tidak berlangsung lagi, masih tersisa 1 mol gas H2. Dengan demikian, hasil reaksi dibatasi oleh pereaksi yang habis terlebih dahulu. Pereaksi yang habis terlebih dahulu dinamakan sebagai pereaksi pembatas.
Pada umumnya reaksi berlangsung dalam bentuk larutan.
Jika pada suatu reaksi perbandingan mol-mol zat yang direaksikan sesuai perbandingan koefisien maka reaksi akan selesai jika seluruh pereaksi telah habis beraksi.
Jika jumlah mol salah satu pereaksi berlebihan dibandingkan dengan pereaksi lainnya maka reaksi akan selesai jika salah satu pereaksi telah habis bereaksi.
Pereaksi yang dalam suatu proses kimia habis terlebih dahulu disebut sebagai pereaksi pembatas. Dalam reaksi itu jumlah hasil reaksi yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pereaksi yang habis terlebih dahulu.