Partikel Penyusun Atom
Partikel dasar penyusun atom ada tiga yaitu proton,
elektron, dan neutron. Bedasarkan pandangan modern, atom terdiri dari inti atom
yang bermuatan positif dan awan partikel yang bermuatan negatif yang disebut
elektron. Inti atom merupakan kumpulan dari dua jenis nukleon yaitu proton dan
neutron.
a. Kulit Atom (elektron)
J.J. Thomson mengawali pengetahuan tentang elektron dengan
penemuannya. Penemuan ini berasal dari penggunaan tabung sinar katoda seperti
yang digunakan oleh Faraday. Tabung ini dibuat dari tabung gelas yang terdiri
dari dua lempengan logam. Lempengan pertama dihubungkan dengan pusat positif
(anode), sedangkan lempeng kedua dihubungkan ke pusat negatif (katode). Sinar
katode dilewatkan listrik di dalam tabung gelas yang telah divakumkan. Sinar
tersebut merupakan radiasi yang dipancarkan oleh terminal positif(anode). Sinar
katode bergerak secara garis lurus dan sifat-sifatnya tidak bergantung dari
jenis materialnya. Sinar katode adalah sinar tidak tampak yang hanya bisa
dideteksi dari cahaya yang dipancarkan oleh material yang dikenainya. Misalnya
dengan melapisi dinding tabung dengan ZnS (Fluorenses). Salah satu sifat yang
unik dari sinar katode adalah dapat dibelokkan oleh suatu medan listrik atau
medan magnet sebagaimana sifat partikel-partikel yang bermuatan negatif.
Thomson menyimpulkan bahwa sinar katode merupakan partikel
dasar bermuatan negatif penyusun atom. Sinar katode ini dikenal sebagai
elektron. Istilah elektron pertama kali diusulkan oleh George Stoney pada tahun
1874.
Pada tahun 1897, Thomson berhasil menentukan perbandingan
muatan dengan massa tertentu dari elektron sebesar 1,76 x 108 C/g. Selanjutnya
pada tahun 1909, Milikan berhasil menentukan muatan sebuah elektron yaitu sebesar
1,6 x 10-19 coloumb. Ternyata muatan elektron merupakan muatan
listrik yang paling kecil. Setiap muatan listrik merupakan kelipatan muatan
elektron. Selanjutnya muatan elektron ditulis -1 atau -1,6 x 10-19
C.
Milikan berhasil menentukan massa elektron karena percobaanya
yang dikenal dengan eksperimen tetesan minyak Milikkan. Percobaan ini dilakukan
dengan menyemprotkan tetes minyak ke dalam medan listrik lewat suatu celah. Tetesan
minyak yang bergerak dipancarkan sinar-x dan diamati pergerakannya dengan
teleskop yang dilengkapi dengan micrometer eyepiece.
Dengan menganalisis data tetesan dapat dihitung besarnya
muatan listrik yang diabsorpsi tetesan. Ternyata hasil e/m untuk sinar katoda (elektron)
adalah 1,75881 x 108 coloumb/g dengan besarnya muatan elektron
sebanyak 1,6 x 10-19 coloumb diperoleh massa elektron sebesar:
|
b. Inti Atom (proton dan neutron)
1) Proton
Eugene Goldstein adalah seorang ahli fisika dari Jerman yang
pertama kali menemukan proton. Dia melakukan percobaan tentang muatan positif
dalam atom menggunakan tabung yang menyerupai tabung sinar katode pada tahun
1886. Tabung ini dinamai tabung Crooks. Goldstein mengisi tabung dengan gas
hidrogen bertekanan rendah, kemudian menghubungkan kedua elektrodenya dengan listrik bertekanan tinggi. Ia mengamati
bahwa pada bagian kisi katode akan memancarkan sinar yang bermuatan.
Nama proton diberikan untuk sinar yang bermuatan positif
oleh Rutherford setelah mengamati adanya muatan positif pada inti atom tahun
1919. Proton ditemukan Rutherford ketika mempelajari partikel α oleh atom-atom
hidrogen di udara.
2) Neutron
Para ilmuwan berhasil melakukan penyelidikan dan menunjukkan
bahwa inti atom unsur yang berbeda terdapat jumlah proton yang berbeda pula
pada tahun 1914. Misal pada inti atom hidrogen terdapat 1 proton. Muatan proton
sama dengan muatan sebuah elektron, tetapi tandanya berlawanan. Pada inti
helium terdapat 2 buah proton, pada inti atom litium mempunyai 3 buah proton,
dan sebagainya.
Pada tahun 1913, Thomson menemukan gejala yang terjadi pada
atom-atom unsur sejenis, yaitu adanya atom yang massanya berbeda. Peristiwa ini
dinamakan isotop. Ditemukannya isotop membuktikan bahwa massa suatu atom tidak
sesuai dengan massa proton dalam inti. Ini berarti bahwa dalam inti atom harus
ada partikel lain selain proton.
Pada tahun 1932, James Chadwick menemukan partikel penyusun
inti yang massanya sama dengan proton, tetapi tidak mempunyai muatan. Partikel ini
ditemukan melalui percobaan dengan menembak lapisan tipis berilium dengan partikel
α. Hasilnya adalah pancaran radiasi energi yang sangat tinggi. Partikel ini
kemudian dinamai neutron.
Partikel neutron tidak bermuatan dan massanya hampir seperti
masa proton (massa neutron= 1,675 x 10-24 gram, sedangkan massa proton=
1,673 x 10-24 gram). Jumlah neutron dalam inti tidak khas untuk
setiap unsur. Artinya walaupun jumlah neutronnya sama, tetapi jika jumlah
protonnya berbeda sifatnya akan berbeda. Sebaliknya walaupun jumlah neutron
berbeda, tetapi jika jumlah protonnya sama, maka akan sama pula sifatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar